Masyarakat Tegal pernah mencari bahan emas dari penemuan batu meteorit. Apakah meteor di Duren Sawit juga mengandung logam berharga?
Penyebab kerusakan rumah Sudarmojo di Malaka Sari, Duren Sawit Jakarta Timur 29 April lalu itu dipastikan meteor. Benda angkasa itu diperkirakan mengandung 15 unsur yang tidak berbahaya bagi manusia, sama seperti bebatuan biasa yang ada di bumi.
"Sudah selesai penelitiannya benda tersebut merupakan meteorit, tidak ada penelitian lanjutan," ujar Profesor Riset Sains Astrofisika Thomas Djamaludin yang melakukan penelitian, di Jakarta kemarin.
Thomas menjelaskan dari hasil sampel berupa debu yang diambil dari lokasi disimpulkan terdapat 15 unsur. Benda angkasa itu di antaranya mengandung besi silika, alumunium, kalsium, zerkonium, magnesium. Secara sederhana kandungan meteor sama dengan batu kali biasa, dan bahan itu tidak berbahaya atau beracun.
Lalu apakah meteroit memang mengandung bahan berharga misalnya emas? Thomas membantahnya. "Meteorit tidak mengandung logam berharga, tidak ada itu. Dulu di Tegal masyarakat yang menemukan meteorit mencari bahan emas, agak lucu saja," ujarnya.
Ia menjelaskan ciri-ciri meteorit adalah memiliki lapisan tebal berwarna agak hitam karena bekas terbakar. Warna hitam itu terkadang pekat tapi kadang tidak pekat.
Batu meteorit hampir sama dengan batu bumi, tidak mengandung magnet. Sementara Meteor bisa dilihat dengan jelas dari bumi belahan utara, dan tidak bisa diprediksi jatuhnya di mana. "Jatuhnya meteorit di pemukiman sangat jarang terjadi, namun tidak menutup kemungkinan jatuh di belahan bumi lainnya," imbuh Thomas.
Ia juga membantah kemungkinan meteor jatuh di tempat yang sama. "Tidak akan di tempat yang sama. Tidak ada daya tarik tertentu yang menyebabkan sebuah meteor jatuh di titik tertentu di permukaan bumi," tegas Thomas.
Meteor juga perlu dibedakan antara hujan meteor, yang berasal dari rasi Lyrid, Leonid, Perseids atau Aquarids. Hujan meteor itu bisa terjadi karena debu-debu komet. Sementara meteor sporadis tidak harus dari berasal dari salah satu rasi.
Tim Lembaga Penerbangan dan Antrariksa Nasional (LAPAN) yang meneliti meteor di Duren Sawit di antaranya terdiri dari Kepala Pusat Sains Antariksa Drs Sri Kaloka, Thomas Djamaludin dan Abdurrachman S.Si. Tim ini bekerjasama dengan tim dari Puslabfor Mabes Polri yang dipimpin Kombes Amri Kamil.
Tim itu juga menyimpulkan dari struktur kerusakan di lokasi, benda itu bergerak sangat cepat sekali. "Lebih dari 100 ribu km dan suhu meteorit ratusan derajat panasnya," tegas tim.
"Karena tekanan yang sangat besar maka terjadi ledakan sangat besar, pintu terlempar, dan genteng berantakan. Pusat ledakan di rumah bagian tengah. Batu tersebut tidak mengandung unsur luar biasa, apalagi emas tidak ada," ujar Kepala Puslabfor Mabes Polri Kombes Amri Kamil.
Puslabfor menyimpulkan benda yang menghancurkan lantai 2 rumah Sudarmojo adalah meteorit dan indikasinya berupa kerusakan yang datang dengan sangat cepat. Sementara batu meteor datang dari arah barat daya, menghantam rumah dan karena temperatur panas menghancurkan genteng dan tembok di sekitarnya.
"Jika warga menyimpan benda-benda mencurigakan harap melaporkan ke LAPAN maupun ke kepolisian. Obyek meteoritnya belum ditemukan di antara reruntuhan, kemungkinan sudah hancur menjadi debu. Tidak benar meteor sebesar kelapa," ujar Amri.
Thomas menjelaskan, belum ada pengaturan tentang kepemililikan meteor di Indonesia. Penemuan meteor seringkali dimiliki oleh warga atau diserahkan ke museum, namun untuk kasus di Duren Sawit meteornya tidak ditemukan.
Sumber : Inilah