Dalam sebuah acara talkshow di sebuah televisi, Basuki Tjahjana Putra atau yang lebih dikenal dengan sapaan Ahok sempat menyinggung gaya hidup ikan salmon yang menginspirasi prinsip hidupnya. Seperti apakah filosofi salmon tersebut? Apakah Ahok gemar menyantap ikan salmon?
Sebelumnya mari kita mengenal gaya hidup ikan salmon. Dari riset singkat yang dilakukan mindtalkeditorial, salmon merupakan jenis ikan yang sangat unik. Ikan ini hidup di dua perairan yang berbeda dalam hidupnya, mereka lahir dan hidup di air tawar selama 2-4 tahun kemudian bermigrasi ke laut dan hidup di laut selama 1-5 tahun hingga siap secara seksual untuk kembali lagi ke air tawar untuk bereproduksi.
Salmon-salmon ini akan kembali ketempat di mana mereka dilahirkan, untuk kembali ke sungai kelahirannya mereka harus berenang ribuan kilometer dan melawan arus dan segala macam rintangan yang ditemui. Lama perjalanan ini bisa sampai satu tahun lamanya, uniknya mereka tidak berhenti atau bahkan makan dalam perjalanannya, selama perjalanan salmon-salmon ini hanya mengandalkan cadangan lemaknya.
Sesampainya di tujuan, salmon-salmon ini kemudian bereproduksi menghasilkan 2000-3000 telur dalam kurun waktu 80-200 hari dan merekapun mati setelahnya. Lalu apa hubungannya Salmon dengan Gubernur DKI Jakarta ini? Apakah Ahok titisan dari siluman salmon? Jawabannya tentu saja bukan. Ahok melihat siklus hidup ikan salmon yang fantastis sebagai inspirasi untuk menjalani hidupnya.
Dididik Untuk cinta Tanah Air
Basuki dibesarkan dengan keras, dididik agar bisa kemudian berguna bagi masyarakat belitung, tanah kelahirannya , inilah yang diajarkan Kim Nam ayah dari Ahok. Meski kondisi keuangan keluarga Ahok lebih berada dibanding masyarakat sekitar, Basuki harus bisa bergaul dengan teman-temannya. Basuki tidak dididik sebagai seorang Tionghoa, tapi sebagai anak indonesia dari Kampung Manggar Ayahnya selalu menegaskan itu padanya.
Basuki tumbuh menjadi anak yang selalu ingin tahu. Temannya semuanya anak-anak melayu dan dia bersekolah di SD negeri di desa laskar pelangi. Meski sudah membaur, bukan berarti Basuki bisa lepas dari tindakan diskriminasi karena dia adalahetis minoritas. Hal seperti ini tetap sering terjadi. Ketika SD, Basuki pernah dilarang menjadi penggerek bendera di sekolah ketika upacara karena warna kulitnya.
Basuki kecewa, ia mengadukan hal tersebut pada ayahnya. Ayahnya, menyuruh basuki bersabar. "Saatnya akan tiba ketika orang terima kita" kata ayahnya. Basuki dilarang untuk berkecil hati, menurut ayahnya Basuki harus tetap berusaha terus. Layaknya salmon, basuki harus melalui perjalanan panjang beragam rintangan dalam perjalanan hidupnya.
Pantang Menyerah
Terkait agama, Basuki juga sempat tidak diperbolehkan untuk masuk kelas agama islam, meski ia sangat ingin sekali. Semua teman-temannya bisa baca Alquran, Basuki pun ingin bisa. Namun ia disuruh pulang ketika datang ke TPA untuk belajar Al-quran. Tetapi Basuki tetap tumbuh dan berkembang sebagai warga Belitung. Dia fasih berbahasa Belitung, dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang pendatang.
Basuki tumbuh menjadi anak yang cerdas, dia selalu menjadi juara kelas. Tahun 1977 dia bersekolah di SMP Negeri di daerah Gantung. Menyadari potensi anaknya yang cerdas dan kondisi ekonomi yang baik, Kim Nam memutuskan untuk mengirim Basuki melanjutkan sekolah ke Jakarta. Meskipun begitu Usaha keluarga Kim Nam memang sempat jatuh ketika Basuki kecil, bahkan Ibunya sempat bekerja menjadi tukang cuci.
Harapan ayahnya, Basuki bisa bersekolah menjadi dokter karena di Belitung begitu banyak orang meninggal tidak mendapat akses kesehatan. Basuki bersekolah di SMA PSKD III itulah pertama kali ia menginjakan kakinya ke Jakarta.
Namun merasa tidak cocok, Ahok kabur kuliah dari pendidikan dokter UKI, kemudian pindah ke teknik geologi Trisakti. Waktu berlanjut sampai akhirnya Basuki menyelesaikan pendidikan S2, seperti Salmon Ahok kembali pulang untuk membantu kampung halamannya dan mendirikan perusahaan di Belitung. Namun perusahaannya saat itu akhirnya terpaksa ia tutup karena terbentur kebijakan korup para pejabat setempat.
Basuki kecewa, ia sempat berniat meninggalkan negara ini untuk berkarir di luar negeri. Namun hal ini dilarang oleh ayahnya. Basuki diminta bertahan, petuah ayahnya waktu itu, Basuki harus bersabar, kalau tidak setuju dengan kebijakan pemenrintah ubahlah sendiri, jangan lari. "Orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan lawan pejabat." petuah ayahnya itu selalu Ahok kenang hingga sekarang. Sebagus apapun orang kaya bisa menolong orang miskin, hanya pejabat yang bisa membantu mereka secara hakiki melalui kebijakan-kebijakannya.
Mengabdi Pada Rakyat
Setelah ayahnya meninggal, Ahok berhasil mewujudkan permintaan ayahnya untuk menjadi pejabat. Ia memulai karir politik dengan partai kecil dan berhasil menajabat menjadi anggota DPRD Belitung Timur. Setahun kemudian ia berhasil menjadi bupati pertama beretnis Tionghoa.
Basuki sukses mengasuransikan kesehatan semua warganya. Ahok mengecek langsung semua kebutuhan masyarakat ke lapangan dan menggodok kebijakan dengan sistem yang solid. Awal menjadi bupati, ia dicegah untuk tidak menjadi pembina upacara, isunya masyarakat tidak mau hormat kepada orang Tionghoa. Namun Basuki memaksa. Dia tidak mau diancam-ancam sebagai pemimpin. Ia tetap ngotot mau jadi pembina upacara. "Dulu ketika SD saya dilarang jadi penggerek bendera, sekarang sudah menjadi bupati masih juga tak boleh jadi pembina. Kamu tembak juga saya rela!" ujarnya.
Karirnya terus berlanjut setelah sebelumnya gagal menjadi walikota Bangka Belitu, akhirnya ia berhasil memenangkannya di kesempatan kemudian. Setelah menjadi walikota Ahok melajutkan pengabdiannya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta dan menggantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Dari perjalanan karir Ahok kita bisa belajar hidup berani seperti salmon yang tidak takut melawan arus melalui kebijakan-kebijakannya yang kurang populer dan yang terpenting berani mati untuk masa depan penerus bangsa yang lebih baik.