Sebuah taman kanak-kanak di Swedia, menghindari penyebutan murid berdasarkan definisi gender. Hal ini tidak lain untuk menumbangkan stereotip antara lelaki dan perempuan di masyarakat.
Dilansir dari laman Associated Press, Senin, 27 Juni 2011, semua murid di TK Egalia, Stockholm, baik laki-laki dan perempuan akan sama-sama dipanggil dengan sebutan "teman". Tidak hanya nama, netralitas gender juga diterapkan pada warna, pilihan buku, hingga penempatan mainan turut diatur.
Di TK ini, anak lelaki bebas bermain masak-masakan sementara anak perempuan juga dapat bermain pedang-pedangan. Jenny Johnsson, salah seorang pengajar, mengatakan bahwa hal ini akan memberikan siswa kesempatan untuk menjadi apa yang mereka inginkan.
"Hal ini fantastis, sebab masyarakat selama ini mengharapkan anak perempuan menjadi cantik dan baik hati, sementara anak lelaki diharapkan menjadi jantan dan tangguh," ujarnya.
Hal ini tak pelak mengundang pro dan kontra dari masyarakat Swedia. Masyarakat yang kontra menganggap hal ini sudah kelewatan karena malah akan membuat siswa mengalami krisis identitas.
"Baiklah, katanya hal ini diterapkan karena selama ini anak lelaki dianggap lebih 'tinggi' dari perempuan. Namun sebenarnya siapa yang memutuskan hal itu? Lagipula, memangnya main mobil-mobilan saja ada hubungannya dengan maskulinitas?"
"Peran gender yang berbeda sebenarnya tidak bermasalah selama masih sama-sama dihargai," cetus Tanja Bergkvist, seorang blogger yang kerap menyebut kesetaraan gender sebagai sesuatu yang gila.
Namun nyatanya hal ini tak mengurangi jumlah pendaftar di TK Egalia. Lotta Rajalin, sang kepala sekolah bahkan menyatakan hanya ada sepasang orangtua saja yang membatalkan mendaftar.
Rajalin tidak menyangkal perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Buktinya, boneka yang dipakai bermain oleh para siswa benar secara anatomi. "Hal yang terpenting adalah, anak-anak memahami bahwa perbedaan biologis tidak berarti adanya perbedaan kemampuan. Ini adalah tentang demokrasi dan kesetaraan manusia," ujar Rajalin.
Swedia adalah negara di Eropa yang dikenal sebagai pelopor pernikahan sesama jenis. Para pasangan homoseksual ini juga diperbolehkan untuk mengadopsi anak. Negara ini juga terkenal akan aktivis feminismenya yang radikal.
Dilansir dari laman Associated Press, Senin, 27 Juni 2011, semua murid di TK Egalia, Stockholm, baik laki-laki dan perempuan akan sama-sama dipanggil dengan sebutan "teman". Tidak hanya nama, netralitas gender juga diterapkan pada warna, pilihan buku, hingga penempatan mainan turut diatur.
Di TK ini, anak lelaki bebas bermain masak-masakan sementara anak perempuan juga dapat bermain pedang-pedangan. Jenny Johnsson, salah seorang pengajar, mengatakan bahwa hal ini akan memberikan siswa kesempatan untuk menjadi apa yang mereka inginkan.
"Hal ini fantastis, sebab masyarakat selama ini mengharapkan anak perempuan menjadi cantik dan baik hati, sementara anak lelaki diharapkan menjadi jantan dan tangguh," ujarnya.
Hal ini tak pelak mengundang pro dan kontra dari masyarakat Swedia. Masyarakat yang kontra menganggap hal ini sudah kelewatan karena malah akan membuat siswa mengalami krisis identitas.
"Baiklah, katanya hal ini diterapkan karena selama ini anak lelaki dianggap lebih 'tinggi' dari perempuan. Namun sebenarnya siapa yang memutuskan hal itu? Lagipula, memangnya main mobil-mobilan saja ada hubungannya dengan maskulinitas?"
"Peran gender yang berbeda sebenarnya tidak bermasalah selama masih sama-sama dihargai," cetus Tanja Bergkvist, seorang blogger yang kerap menyebut kesetaraan gender sebagai sesuatu yang gila.
Namun nyatanya hal ini tak mengurangi jumlah pendaftar di TK Egalia. Lotta Rajalin, sang kepala sekolah bahkan menyatakan hanya ada sepasang orangtua saja yang membatalkan mendaftar.
Rajalin tidak menyangkal perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Buktinya, boneka yang dipakai bermain oleh para siswa benar secara anatomi. "Hal yang terpenting adalah, anak-anak memahami bahwa perbedaan biologis tidak berarti adanya perbedaan kemampuan. Ini adalah tentang demokrasi dan kesetaraan manusia," ujar Rajalin.
Swedia adalah negara di Eropa yang dikenal sebagai pelopor pernikahan sesama jenis. Para pasangan homoseksual ini juga diperbolehkan untuk mengadopsi anak. Negara ini juga terkenal akan aktivis feminismenya yang radikal.