Dalam perekrutannya kelompok Negara Islam Indonesia (NII) ternyata sudah mempunyai sistem yang baku. Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center yang sekaligus juga korban NII, jamaah NII akan selalu mendekati korbannya dengan cara yang halus.
Sebagai contoh dirinya, pada 2000 lalu saat kemalaman di Terminal Pulogadung Jakarta dari Kebumen Jawa Tengah, dirinya ditawari seseorang untuk menginap di tempat tinggalnya.
"Awalnya ada menawarkan menginap di tempatnya. Alasannya Terminal Pulogadung tidak aman," kata Ken.
Dari awalnya hanya menawarkan tumpangan menginap sehari, mereka kemudian menawarkan tumpangan menginap dalam jangka waktu yang lama.
"Pokoknya calon korban dibuat senyaman mungkin dengan komunitas mereka," ujar Ken.
Dalam masa itulah Ken diajak berdiskusi soal kondisi bangsa yang carut marut dan ditawarkan negara Islam sebagai solusinya.
"Awalnya mereka semua ibadahnya baik. Namun lama-kelamaan mereka menjadi tidak salat," cerita Ken.
Semakin lama, semakin dalam Ken terlibat dalam NII. Akhirnya Ken pun dipercaya menjadi kepala desa negara NII.
Ken pun kemudian aktif melakukan perekrutan anggota. Dari setiap anggota baru yang masuk, mereka diminta menyerahkan 10 nama yang ada di pikiran mereka.
"Dari sepuluh nama yang disetorkan itu, mentornya kemudian menyeleksi. Sedangkan yang turun langsung adalah para seniornya. Anggota baru hanya membukakan jalan," ujar Ken.
Selain mahasiswa, ternyata NII juga merekrut dari kalangan buruh. Kalangan buruh ini dari segi finansial memang kurang menjanjikan dibandingkan dari kalangan mahasiswa. Namun meski cuma buruh, ternyata mereka juga mempunyai kewajiban untuk menyetorkan shodaqoh.
"Karena tak mampu dengan target yang dibebankan, akhirnya ada juga yang melacurkan diri," ujar Ken. okezone dot kom.