Jack Dorsey, Evan Williams, dan Biz Stone mungkin tak pernah membayangkan Twitter, media sosial yang mereka dirikan pada 2006, justru menemukan rumah di Jepang. Ketiga orang Amerika Serikat ini mungkin akan bingung mengetahui persentase pengguna internet yang memakai Twitter justru lebih tinggi di Jepang daripada di negara asalnya.
Pada 19 Juni 2010 ini, Twitter telah menjadi situs nomor 13 terbanyak diakses di Jepang menurut Alexa.com. Jauh lebih tinggi daripada Facebook yang hanya mendapat tempat di urutan ke-26 di negeri Sakura ini. Untuk diketahui, di Indonesia, Facebook adalah situs nomor satu.
Kesuksesan Twitter ditunjang dengan munculnya versi Bahasa Jepang, lengkap dengan aksaranya pada tahun 2008. Oktober 2009, muncul pula versi mobile Twitter dalam bahasa Jepang. Sejak itu, semua orang Jepang sepertinya jadi sibuk "berkicau".
Di televisi, ditayangkan berbagai "kicauan" para tweeps. Bar memasang layar khusus yang memampangkan "kicauan" di Twitter mengenai Piala Dunia. Mantan Perdana Menteri pun ikut asyik tweeting.
Proporsi pengguna Internet yang menggunakan Twitter melesat mencapai 16,3 persen, jauh melampaui Amerika Serikat yang 9,8 persen. Twitter menjadi media sosial terbesar kedua di Jepang setelah mixi, sebuah media sosial lokal yang mirip Facebook. Namun Nielsen Online menyatakan, pada April lalu, Twitter sempat melampaui mixi. Sehari, hampir 8 juta tweeps muncul di Jepang atau 12 persen dari total pengguna twitter sedunia per hari.
Sementara itu, hanya tiga persen pengguna Internet menggunakan Facebook. Bandingkan dengan 62 persen di Amerika.
"Orang Jepang menikmati bentuk paling beragam dan paling kaya dari Twitter sebagai alat komunikasi," kata Daisuke Tsuda, seorang penulis yang memiliki 65 ribu follower di Twitter. "Twitter seperti penemuan ulang Internet," ujarnya kepada the Associated Press.
Mengapa bisa begitu?
Jawabannya adalah bahasa Jepang itu sendiri. Lebih banyak yang terucapkan dalam karakter Jepang di 140 karakter yang disediakan Twitter. Kata "informasi" dalam bahasa Jepang hanya membutuhkan dua karakter. Jelas, akademisi dan politisi bisa memberikan informasi yang panjang lebar melalui sebuah tweet.
Kemudian, Twitter memungkinkan seseorang tetap anonim. Anonimitas merupakan aturan yang umum di situs populer Jepang.
Ketiga, Twitter terbukti juga alat bisnis yang efektif. Perusahaan-perusahaan memanfaatkan Twitter untuk menjangkau konsumen dan mendapatkan masukan; sebuah aplikasi yang berdaya jangkau luas dan murah.
Dengan kata lain, kata Rocky Eda, manager komunikasi Digital Garage, yang menyokong operasi Twitter di Jepang, warga Negeri Sakura merasa "Twitter sangat Jepang,"
Pada 19 Juni 2010 ini, Twitter telah menjadi situs nomor 13 terbanyak diakses di Jepang menurut Alexa.com. Jauh lebih tinggi daripada Facebook yang hanya mendapat tempat di urutan ke-26 di negeri Sakura ini. Untuk diketahui, di Indonesia, Facebook adalah situs nomor satu.
Kesuksesan Twitter ditunjang dengan munculnya versi Bahasa Jepang, lengkap dengan aksaranya pada tahun 2008. Oktober 2009, muncul pula versi mobile Twitter dalam bahasa Jepang. Sejak itu, semua orang Jepang sepertinya jadi sibuk "berkicau".
Di televisi, ditayangkan berbagai "kicauan" para tweeps. Bar memasang layar khusus yang memampangkan "kicauan" di Twitter mengenai Piala Dunia. Mantan Perdana Menteri pun ikut asyik tweeting.
Proporsi pengguna Internet yang menggunakan Twitter melesat mencapai 16,3 persen, jauh melampaui Amerika Serikat yang 9,8 persen. Twitter menjadi media sosial terbesar kedua di Jepang setelah mixi, sebuah media sosial lokal yang mirip Facebook. Namun Nielsen Online menyatakan, pada April lalu, Twitter sempat melampaui mixi. Sehari, hampir 8 juta tweeps muncul di Jepang atau 12 persen dari total pengguna twitter sedunia per hari.
Sementara itu, hanya tiga persen pengguna Internet menggunakan Facebook. Bandingkan dengan 62 persen di Amerika.
"Orang Jepang menikmati bentuk paling beragam dan paling kaya dari Twitter sebagai alat komunikasi," kata Daisuke Tsuda, seorang penulis yang memiliki 65 ribu follower di Twitter. "Twitter seperti penemuan ulang Internet," ujarnya kepada the Associated Press.
Mengapa bisa begitu?
Jawabannya adalah bahasa Jepang itu sendiri. Lebih banyak yang terucapkan dalam karakter Jepang di 140 karakter yang disediakan Twitter. Kata "informasi" dalam bahasa Jepang hanya membutuhkan dua karakter. Jelas, akademisi dan politisi bisa memberikan informasi yang panjang lebar melalui sebuah tweet.
Kemudian, Twitter memungkinkan seseorang tetap anonim. Anonimitas merupakan aturan yang umum di situs populer Jepang.
Ketiga, Twitter terbukti juga alat bisnis yang efektif. Perusahaan-perusahaan memanfaatkan Twitter untuk menjangkau konsumen dan mendapatkan masukan; sebuah aplikasi yang berdaya jangkau luas dan murah.
Dengan kata lain, kata Rocky Eda, manager komunikasi Digital Garage, yang menyokong operasi Twitter di Jepang, warga Negeri Sakura merasa "Twitter sangat Jepang,"