Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan Membubarkan Paksa Kontes Waria Makasar
Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan Membubarkan Paksa Kontes Waria Makasar. Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan (Sulsel) membubarkan paksa kontes pemilihan Waria. Alhasil, ratusan waria berhamburan melarikan diri menghindari massa FPI. Insiden ini terjadi saat kontes pemilihan Waria Cantik Peduli AIDS & Narkoba (WCPAN) 2010 yang berlangsung di gedung Balai Prajurit Jenderal Jusuf, di Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Rabu (1/12/2010) digelar.
Puluhan anggota FPI Sulsel langsung masuk ke lokasi dan langsung meminta acara dibubarkan. Akibatnya, kontes yang diikuti 30 Waria dari beberapa propinsi di kawasan timur Indonesia dan disaksikan ratusan Waria kocar-kacir begitu massa FPI meminta kontes ini dihentikan.
Habib Hamid bin Abubakar, pentolan FPI Sulsel, yang memimpin aksi malam ini, menyebutkan kontes Waria ini melanggar syariat Islam dan perbuatan yang tidak diridhoi Allah SWT. Ia meminta kontes Waria segera dihentikan, untuk menghindari kemarahan umat Islam, terutama dari para anggotanya. Ia mengaku tidak bertanggung jawab jika anak buahnya berbuat anarkis, jika kontes ini tetap dilanjutkan.
"Saya tidak melarang, tetapi Allah yang melarang hambanya menjadi Waria, sebagai ulama saya harus mencegah perbuatan yang tidak diridhoi Allah," pungkas Habib Hamid di depan para waria.
Mendapat halangan dari FPI, Andi Akbar Halim, ketua panitia kontes ini memilih menghentikan jalannya kontes yang baru saja dimulai, dengan alasan keamanan. Para waria yang terlanjur membeli tiket masuk seharga Rp 30 ribu terpaksa harus kecewa. Menurut salah satu panitia acara, Ian Fernandita yang ditemui detikcom, akibat pembubaran paksa oleh FPI ini panitia tidak saja kecewa, tapi juga mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan Membubarkan Paksa Kontes Waria Makasar
Ian menambahkan, tuduhan FPI yang menganggap Waria sebagai perbuatan nista adalah tidak tepat dan melanggar HAM. "Kami ini bukan Waria jalanan, ada dari kami yang jadi aktivis kemanusiaan di luar negeri, kegiatan ini untuk masyarakat juga," tutur Ian dengan air mata berlinang.