Mantan diktator militer Argentina Jorge Videla pada Selasa dituntut hukuman penjara seumur hidup oleh para jaksa atas pembunuhan 31 tahanan politik saat ia memerintah pada 1976-1981.
"Dakwaan terhadapnya adalah hukuman seumur hidup di penjara, karena undang-undang tidak memperbolehkan hukuman yang lebih parah lagi terhadap pembunuhan itu," kata salah seorang jaksa, Maximilano Hairabedian, kepada AFP.
"Tidak ada yang harus diperdebatkan lagi tentang hal itu," katanya sebelum membacakan dakwaan di pengadilan yang menggelar persidangan di pusat kota Cordoba itu.
Videla merupakan mantan jenderal angkatan darat yang kini berusia 85 tahun. Ia termasuk salah satu dari 30 orang yang diadili atas pembunuhan tahanan politik pasca kudeta 1976 yang menggulingkan pemerintahan Isabel Peron dan mengangkat junta militer ke tampuk pemerintahan.
Ia dikenal sebagai salah satu pendiri dari rezim brutal yang dipersalahkan atas hilangnya 30.000 orang. Kebanyakan dari mereka tewas dilempar dari atas pesawat ke tengah samudra pada tengah malam.
Pengadilan dimulai pada 2 Juli dengan pengakuan Videla bahwa ia bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan selama pemerintahannya, namun menolak mengakui yurisdiksi pengadilan sipil.
Sebelumnya ia diadili dan didakwa menjalani hukuman seumur hidup di penjara pada 1985, namun dibatalkan lima tahun kemudian di bawah pengampunan presiden Carlos Menem.
Sebuah putusan hakim pada 2007 menemukan bahwa pengampunan Videla ternyata inkonstitusional sehingga membuka babak baru pengadilannya, yang disertai tuduhan baru bahwa rezim Videla juga menculik bayi dari para tahanan pembangkang.
Putusan hakim terhadap proses peradilan itu akan dijatuhkan pada akhir Desember ini.