Kupang: Entah apa yang ada di benak Ny Siti Halima alias Riska. Ia tega memaksa putri kandungnya, RS (15), untuk bekerja di panti pijat Simponi Kelurahan Kelapa Lima,
Kupang, NTT. Ironisnya, Siti pun memaksa RS untuk melayani nafsu setan pria hidung belang dengan tarif Rp 200 ribu untuk sekali kencan.
RS baru dua minggu berada di Kupang. Namun, selama dua minggu itu pula ia langsung dieksploitasi untuk menutup utang sang ibu sebesar Rp 20 juta. Meski harus melayani pria hidung belang, RS rela melakoni perbuatan terkutuk itu demi menutupi utang sang ibu yang sudah dua tahun berada di Kupang.
Kasus ini terungkap setelah aparat Polsekta Kelapa Lima yang mendapat informasi tentang adanya anak di bawah umur yang dipekerjakan di pidrat Simponi menggerebek tempat itu, Senin (11/10/2010) petang.
Menurut pengakuan RS kepada petugas, ia datang ke Kupang atas permintaan ibu kandungnya, Siti Halima, untuk bekerja sebagai pembantu di restoran.
"Mama bilang datang ke Kupang untuk bekerja sebagai pembantu. Saya datang dan langsung bekerja di tempat itu (panti pijat plus-plus). Mama yang memaksa saya bekerja di Simponi dengan alasan untuk menutupi utang mama sebesar Rp 20 juta," kata RS kepada aparat kepolisian.
Menurut RS, selama dua minggu berada di Kupang dan bekerja di Simponi, ia sudah melayani 10 orang tamu. Tujuh orang tamu dipijat dan tiga pria hidung belang lainnya dilayaninya di atas tempat tidur dengan tarif Rp 200.000 sekali kencan.
"Kalau hanya pijat dibayar Rp 70.000, sedangkan kalau ditambah "main" dibayar Rp 200.000. Selama dua minggu uang hasil kerja saya sebesar Rp 1 juta dan sudah diserahkan kepada pemilik pidrat Simponi, Ny Fee," ujar RS.
RS juga mengaku sering digerayangi oleh seorang pria dari kesatuan tertentu yang menjadi selingkuhan mamanya ketika ketiganya tidur serajnjang di kamar kos di kawasan Kecamatan Kelapa Lima.
"Saya seringkali digerayangi oleh pria itu pada saat tidur malam. Kami bertiga sering tidur satu tempat tidur. Pria itu di tengah, sedangkan saya dan mama tidur di sisi kiri dan kanan pria itu. Saya tidak bisa teriak kalau digerayangi oleh pria itu karena takut dimarahi oleh mama," katanya.
RS mengaku ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan ayahnya sedang sakit-sakitan di Surabaya. "Saya kasihan dengan ayah saya yang sedang sakit di Surabaya. Saya tidak ingin bekerja lagi seperti itu. Mau bekerja apa saja yang penting halal. Saya ingat bapak dan adik-adik di Surabaya. Saya tidak ingin pulang tetapi kerja di Kupang untuk membiayai adik-adik saya itu. Tetapi tidak lagi bekerja sebagai pemijat, saya takut," ujar RS
Sementara Siti yang juga seorang pemijat di Simponi telah mengaku kepada penyidik Polsekta Kelapa Lima bahwa ia memperkerjakan anaknya di tempat tersebut. Ia juga mengaku telah memaksa anaknya untuk melayani pria hidung belang guna membantu menutupi utang yang mencapai Rp 20 juta.