Ketika Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat gencar memberantas prostitusi, justru kolong jembatan Kali Kunir, Pinangsia, Tamansari, luput dari perhatian. Padahal, jarak lokasi prostitusi itu hanya sekitar 500 meter dari kantor kecamatan. Ironisnya, praktik prostitusi di kolong jembatan tersebut sudah berlangsung lama.
Selama ini warga sudah melaporkan hal tersebut ke kelurahan dan kecamatan. Sayangnya, hingga kini tidak ada tindak lanjut dari instansi terkait. Kelurahan sendiri mengaku kecolongan karena beberapa kali memantau ternyata hanya digunakan sebagai tempat penampungan pemulung.
"Kami jelas resah, padahal lokasi itu tidak jauh dari kantor kecamatan, tapi tidak pernah ditertibkan," kata Ida (32), warga RT 04 RW 06, Pinangsia, yang merasa tidak habis pikir praktik pelacuran ada tidak jauh dari kantor kecamatan.
Praktik pelacuran yang terdapat di kolong jembatan itu berupa tiga buah kamar yang terbuat dari kayu dengan luas 2 x 3 meter persegi. Kamar tersebut hanya beralaskan tikar dan diterangi lampu tempel. "Kalau malam tempat itu sering digunakan oleh PSK. Dengar-dengar kamar itu disewakan oleh pemiliknya," tutur Ida, Jumat (21/8).
Kegiatan prostitusi di kolong jembatan tersebut ternyata sudah berlangsung lama. Pardi (51), pemilik warung rokok di atas jembatan Kali Kunir, mengatakan, prostitusi itu sudah berlangsung sekitar dua tahun. Biasanya, PSK yang mangkal di atas jembatan berusia 30 tahunan. Selain menjual diri, mereka sebenarnya adalah pemulung.
Maka tak heran jika di sekitar kamar banyak terkumpul barang bekas. "Pelanggan yang datang kebanyakan juga pemulung, tapi tak jarang juga sopir taksi yang datang ke sini. Tarifnya kalau tidak salah sekitar Rp 30.000 untuk sekali kencan. Itu saya dengar dari orang lho," ujar Pardi malu-malu.
Pedagang yang telah 15 tahun menggelar dagangan di jembatan yang menjadi pembatas wilayah Jakarta Barat dengan Jakarta Utara ini mengisahkan, sebenarnya lokasi ini telah menjadi salah satu target operasi PSK. Namun, sampai sekarang belum pernah petugas membongkar kamar yang ada di bawah jembatan.
"Dibongkar saja karena warga di sini juga tidak setuju dengan adanya tempat itu," katanya. Lurah Pinangsia TB Sumanta mengaku telah mengetahui masalah tersebut. Sejatinya kelurahan telah memiliki rencana untuk menertibkan kamar-kamar dari kayu itu dalam waktu dekat. "Sudah ada rencana akan dibongkar, tapi saya sedang menunggu persetujuan dari kecamatan," kata TB Sumanta.
Selama ini warga sudah melaporkan hal tersebut ke kelurahan dan kecamatan. Sayangnya, hingga kini tidak ada tindak lanjut dari instansi terkait. Kelurahan sendiri mengaku kecolongan karena beberapa kali memantau ternyata hanya digunakan sebagai tempat penampungan pemulung.
"Kami jelas resah, padahal lokasi itu tidak jauh dari kantor kecamatan, tapi tidak pernah ditertibkan," kata Ida (32), warga RT 04 RW 06, Pinangsia, yang merasa tidak habis pikir praktik pelacuran ada tidak jauh dari kantor kecamatan.
Praktik pelacuran yang terdapat di kolong jembatan itu berupa tiga buah kamar yang terbuat dari kayu dengan luas 2 x 3 meter persegi. Kamar tersebut hanya beralaskan tikar dan diterangi lampu tempel. "Kalau malam tempat itu sering digunakan oleh PSK. Dengar-dengar kamar itu disewakan oleh pemiliknya," tutur Ida, Jumat (21/8).
Kegiatan prostitusi di kolong jembatan tersebut ternyata sudah berlangsung lama. Pardi (51), pemilik warung rokok di atas jembatan Kali Kunir, mengatakan, prostitusi itu sudah berlangsung sekitar dua tahun. Biasanya, PSK yang mangkal di atas jembatan berusia 30 tahunan. Selain menjual diri, mereka sebenarnya adalah pemulung.
Maka tak heran jika di sekitar kamar banyak terkumpul barang bekas. "Pelanggan yang datang kebanyakan juga pemulung, tapi tak jarang juga sopir taksi yang datang ke sini. Tarifnya kalau tidak salah sekitar Rp 30.000 untuk sekali kencan. Itu saya dengar dari orang lho," ujar Pardi malu-malu.
Pedagang yang telah 15 tahun menggelar dagangan di jembatan yang menjadi pembatas wilayah Jakarta Barat dengan Jakarta Utara ini mengisahkan, sebenarnya lokasi ini telah menjadi salah satu target operasi PSK. Namun, sampai sekarang belum pernah petugas membongkar kamar yang ada di bawah jembatan.
"Dibongkar saja karena warga di sini juga tidak setuju dengan adanya tempat itu," katanya. Lurah Pinangsia TB Sumanta mengaku telah mengetahui masalah tersebut. Sejatinya kelurahan telah memiliki rencana untuk menertibkan kamar-kamar dari kayu itu dalam waktu dekat. "Sudah ada rencana akan dibongkar, tapi saya sedang menunggu persetujuan dari kecamatan," kata TB Sumanta.