Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar menilai, sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren tidak singkron dengan dunia kerja.
"Saya pernah pergi ke suatu pondok pesantren besar, dari 10 ribu santrinya, hanya sekitar seribu yang menjadi kiai. Terus sisanya menjadi apa," katannya saat kunjungan kerja di Pendopo Agung Pemkab Bangkalan, Madura, Jatim, Sabtu (9/10).
Seharusnya, kata dia, di pesantren juga dibekali dengan pelajaran tambahan berbagai jenis keterampilan. Sehingga jika sudah lulus para alumninya memiliki keterampilan.
Tidak singkronnya pendidikan denga dunia kerja ini juga terjadi di lembaga pendidikan umum. "Ini merupakan persoalan umum yang terjadi hampir di seluruh pelosok Tanah Air," kata Muhaimin.
Menurutnya, sistem pendidikan yang diterapkan dalam suatu lembaga pendidikan tidak sesuai dengan dunia kerja. Sehingga tidak mampu mencetak tenaga kerja yang dibutuhkan di lapangan.
Disamping problem pendidikan yang tidak sinkron dengan dunia kerja, sambung Muhaimin, permasalahan lain yang sedang dihadapi yakni banyaknya sektor ekonomi terbuka yang diisi oleh orang asing.
"Ini kan aneh, disaat kita sedang membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun, peluang kerja yang ada malah diisi oleh orang asing," ucapnya.
Menurut Muhaimin, untuk mengatasi permasalah tersebut, para generasi penerus harus bersekolah dengan baik. Sedangkan pihak sekolah harus mensinkronkan kurikulum pendidikan dengan dunia kerja. Serta menambah ektrakuliker untuk siswa.
"Pemerintah juga perlu melakukan pendekatan pembinaan terhadap masyarakat, salah satunya adalah pelatihan yang berbasis masyarakat. Sehingga mereka siap dalam menghadapi pertumbuhan ekonomi ke depan," kata Menakertrans Muhaimin Iskandar menjelaskan.
Menurut Menakertrans, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu tumpuan Kemenakertrans dalam mengatasi tingginya pengangguran seperti yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
"Kewirausahaan menjadi prioritas karena angkatan kerja saat ini banyak yang tidak terserap sehingga menimbulkan pengangguran hingga 7,41 persen dari 116 juta orang total angkatan kerja atau sekitar 8,59 juta orang," terang Menaketrans.
Penyebabnya, kata dia, ada dua hal. Yakni, kesempatan kerja yang tercipta akibat pertumbuhan ekonomi tidak cukup untuk menyerap angkatan kerja yang ada. Sedangkan yang kedua, kurang berfungsinya pasar kerja dengan baik.
Kepada para praktisi pendidikan dan pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Bangkalan, Menakertrans Muhaimin Iskandar meminta, agar mereka sebaiknya menambahkan jam pelajaran untuk pendidikan keterampilan sebagai upaya meningkatkan kemampuan mereka, pascalulus sekolah.(ant/nam)