Seorang mantri suntik keliling, Sunarto, 60, warga RT 03/RW 03 Dusun Sedayu Desa Sendang, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo sejak lama menjadi buah bibir.
Meski hidupnya serba pas-pasan, sejak menjalani profesi sebagai tukang suntik keliling 31 tahun silam, lelaki ini kerap memberi layanan suntik gratis. Jika dalam sehari dia sudah mendapatkan uang senilai Rp 75.000 maka pasien berikutnya tidak dipungut biaya. Keunikan lain, pasien tidak perlu melepas celana saat bokongnya disuntik.
Pria yang pernah menjadi mantri kesehatan PT Markindo (perusahaan penebangan kayu) di Padang, Sumatera Barat pada 1975-1978 ini mengaku bernadzar menggratiskan pasien jika sudah mendapatkan uang cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Sunarto bercerita dirinya memilih pulang kampung pada 1978 karena sakit tak kunjung sembuh. Perusahaan yang menjadikan dirinya karyawan tetap bidang kesehatan tidak mau menggunakan tenaganya lagi. Alasannya dia izin sakit terlalu lama.
Selain tak memiliki keahlian lain, lelaki tua ini terus menggeluti dunia kesehatan karena ingin membantu sesama. Dia pun memilih profesi sebagai mantri keliling, untuk melayani orang-orang miskin.
"Itu memang janji dan nadzar saya sejak bisa pulang kampung tahun 1978 lalu. Hitung-hitung bisa buat sangu mati kelak," terangnya kepada Surya, Selasa (24/8).
Bermodal sepeda butut dan peralatan suntik dan obat-obatan seadanya, dia rajin keliling wilayah Kecamatan Jambon dan Kauman, mendatangi satu per satu pasien yang membutuhkan suntikan. Dalam prakteknya, lelaki dua anak dan satu cucu ini tidak pernah memberikan obat-obatan pil maupun kapsul. Hal itulah yang menyebabkan tarif suntiknya murah yakni antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Rata-rata pasien lelaki berjengot itu mengeluh sakit panas, demam, ngilu, sakit gigi, gatal-gatal serta gejala tipus. Hasilnya, banyak pasien sembuh.
"Saya hanya mengandalkan obat injeksi (suntik). Dan kalau mau suntik gak perlu melepas celana, saya akan suntikkan tembus di celananya sekalian. Semua pasien tidak ada yang mengeluh setelah disuntik," terang lelaki yang mengaku jebolan sebuah Akademi Keperawatan (Akper) di Palembang ini.
Sunarto menambahkan, ia juga kerap menggratiskan pasien kendati belum mendapatkan uang Rp 75.000. Menurutnya jika kebutuhan hidupnya dirasa cukup, dia tak lagi mencari uang tambahan. Diakui Sunarto, menjadi mantri memang mudah mendapatkan uang. Hal itu berbanding terbalik dengan lelaki seusianya yang di kampung harus mencangkul seharian demi mendapatkan uang Rp 10.000.
"Meski di rumahnya tidak serba kelebihan, yang penting bisa memberi makan istri dan anak serta cucu. Setiap hari minimal lima pasien gratis. Saya hanya ingin mendapatkan bekal di akhirat nanti. Saya sudah pernah merasakan sakit aneh yang tak kunjung sembuh saat menjadi karyawan pabrik perkayuan dulu. Itulah yang membuat titik balik hidup saya ingin beramal dan berbakti serta tak mengejar materi belaka," imbuhnya. Sunarto mengaku pernah sakit kepala dan gemetaran yang tak kunjung sembuh. Anehnya dokter tak menemukan jenis penyakitnya.
Tono, 40, warga Desa Ngrandu Kecamatan Kauman yang menjadi langganan Mbah Sunarto mengaku cocok dengan suntikan pria ompong itu. Beberapa jam setelah suntik, biasanya langsung sembuh.
"Kalau orang di sini sudah banyak yang tahu dengan kepandaian Mbah Sunarto. Saya sering suntik ke dia dan banyak yang mengundang karena dia ringan tangan menolong, apalagi bagi orang tak mampu. Lelaki tua itu seringkali menggratiskan pasien miskin," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Lahuri, 41, warga Desa Purworejo Kecamatan Balong, yang kerap menunggu Mbah Sunarto di warung yang biasa dipakai mangkal mantri tua ini. "Saya menunggu di sini mau suntik ke Mbah Sunarto karena badan saya linu semua. Saya biasa disuntik Mbah Sunarto di warung ini dan saya tidak malu kerena tidak perlu membuka pakaian untuk suntik, langsung dicoblos sekalian celananya," tuturnya.
Sunarto mengaku, selama ini tidak pernah ada pasien yang mengeluh setelah disuntik. Sunarto menegaskan, menggunakan cara-cara legal dalam praktek maupun saat membeli obat ke apotek. "Semua saya lakukan sesuai prosedur. Kalau tak perlu lepas celana karena saya hafal tempat yang disuntik," tandasnya.
Selain bisa mengobati orang, Sunarto juga menyembuhkan hewan keracunan atau sakit lain. "Kalau sapi dan kambing sakit, saya siap menyembuhkan dengan suntikan hewan. Saya menyembuhkan pasien dengan doa, tidak hanya obat suntik saja," jelasnya.
Meski hidupnya serba pas-pasan, sejak menjalani profesi sebagai tukang suntik keliling 31 tahun silam, lelaki ini kerap memberi layanan suntik gratis. Jika dalam sehari dia sudah mendapatkan uang senilai Rp 75.000 maka pasien berikutnya tidak dipungut biaya. Keunikan lain, pasien tidak perlu melepas celana saat bokongnya disuntik.
Pria yang pernah menjadi mantri kesehatan PT Markindo (perusahaan penebangan kayu) di Padang, Sumatera Barat pada 1975-1978 ini mengaku bernadzar menggratiskan pasien jika sudah mendapatkan uang cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Sunarto bercerita dirinya memilih pulang kampung pada 1978 karena sakit tak kunjung sembuh. Perusahaan yang menjadikan dirinya karyawan tetap bidang kesehatan tidak mau menggunakan tenaganya lagi. Alasannya dia izin sakit terlalu lama.
Selain tak memiliki keahlian lain, lelaki tua ini terus menggeluti dunia kesehatan karena ingin membantu sesama. Dia pun memilih profesi sebagai mantri keliling, untuk melayani orang-orang miskin.
"Itu memang janji dan nadzar saya sejak bisa pulang kampung tahun 1978 lalu. Hitung-hitung bisa buat sangu mati kelak," terangnya kepada Surya, Selasa (24/8).
Bermodal sepeda butut dan peralatan suntik dan obat-obatan seadanya, dia rajin keliling wilayah Kecamatan Jambon dan Kauman, mendatangi satu per satu pasien yang membutuhkan suntikan. Dalam prakteknya, lelaki dua anak dan satu cucu ini tidak pernah memberikan obat-obatan pil maupun kapsul. Hal itulah yang menyebabkan tarif suntiknya murah yakni antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Rata-rata pasien lelaki berjengot itu mengeluh sakit panas, demam, ngilu, sakit gigi, gatal-gatal serta gejala tipus. Hasilnya, banyak pasien sembuh.
"Saya hanya mengandalkan obat injeksi (suntik). Dan kalau mau suntik gak perlu melepas celana, saya akan suntikkan tembus di celananya sekalian. Semua pasien tidak ada yang mengeluh setelah disuntik," terang lelaki yang mengaku jebolan sebuah Akademi Keperawatan (Akper) di Palembang ini.
Sunarto menambahkan, ia juga kerap menggratiskan pasien kendati belum mendapatkan uang Rp 75.000. Menurutnya jika kebutuhan hidupnya dirasa cukup, dia tak lagi mencari uang tambahan. Diakui Sunarto, menjadi mantri memang mudah mendapatkan uang. Hal itu berbanding terbalik dengan lelaki seusianya yang di kampung harus mencangkul seharian demi mendapatkan uang Rp 10.000.
"Meski di rumahnya tidak serba kelebihan, yang penting bisa memberi makan istri dan anak serta cucu. Setiap hari minimal lima pasien gratis. Saya hanya ingin mendapatkan bekal di akhirat nanti. Saya sudah pernah merasakan sakit aneh yang tak kunjung sembuh saat menjadi karyawan pabrik perkayuan dulu. Itulah yang membuat titik balik hidup saya ingin beramal dan berbakti serta tak mengejar materi belaka," imbuhnya. Sunarto mengaku pernah sakit kepala dan gemetaran yang tak kunjung sembuh. Anehnya dokter tak menemukan jenis penyakitnya.
Tono, 40, warga Desa Ngrandu Kecamatan Kauman yang menjadi langganan Mbah Sunarto mengaku cocok dengan suntikan pria ompong itu. Beberapa jam setelah suntik, biasanya langsung sembuh.
"Kalau orang di sini sudah banyak yang tahu dengan kepandaian Mbah Sunarto. Saya sering suntik ke dia dan banyak yang mengundang karena dia ringan tangan menolong, apalagi bagi orang tak mampu. Lelaki tua itu seringkali menggratiskan pasien miskin," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Lahuri, 41, warga Desa Purworejo Kecamatan Balong, yang kerap menunggu Mbah Sunarto di warung yang biasa dipakai mangkal mantri tua ini. "Saya menunggu di sini mau suntik ke Mbah Sunarto karena badan saya linu semua. Saya biasa disuntik Mbah Sunarto di warung ini dan saya tidak malu kerena tidak perlu membuka pakaian untuk suntik, langsung dicoblos sekalian celananya," tuturnya.
Sunarto mengaku, selama ini tidak pernah ada pasien yang mengeluh setelah disuntik. Sunarto menegaskan, menggunakan cara-cara legal dalam praktek maupun saat membeli obat ke apotek. "Semua saya lakukan sesuai prosedur. Kalau tak perlu lepas celana karena saya hafal tempat yang disuntik," tandasnya.
Selain bisa mengobati orang, Sunarto juga menyembuhkan hewan keracunan atau sakit lain. "Kalau sapi dan kambing sakit, saya siap menyembuhkan dengan suntikan hewan. Saya menyembuhkan pasien dengan doa, tidak hanya obat suntik saja," jelasnya.