Persoalan seks tak lagi hanya perihal disfungsi seksual. Belakangan masalah yang sering muncul justru dorongan seks (sex drive) terlalu tinggi. Jika disalurkan dengan baik, bersama satu pasangan (istri) misalnya, tak jadi soal. Menjadi bahaya ketika penyaluran seks cenderung menyimpang, dengan banyak pasangan misalnya.
Video yang menampilkan bintang mirip Nazriel Irham, alias Ariel, dengan beberapa teman perempuannya (terlepas dari benar-tidaknya mereka adalah pelaku dari video tersebut) menunjukkan perilaku dengan kecenderungan dorongan seks tinggi. Bahkan, mengarah hypersex.
Psikolog klinis, Lita Gading, menjelaskan bahwa mengeksploitasi seks diri sendiri, apalagi menyalurkannya kepada banyak perempuan, bisa dikatakan hiperseks. Lima tahun belakangan, kata Lita, dia sering menerima konsultasi seksual dengan pasien mengalami kecenderungan hiperseks. Ada sejumlah faktor yang menjadi pemicunya.
"Dorongan seks yang terlalu tinggi bisa menjadi negatif jika dilakukan dengan berganti pasangan. Dan jika dilakukan terus-menerus, dengan pasangan yang berbeda, dan menjadi kecanduan, apalagi didokumentasikan, ini menjadi modus baru," papar Lita kepada Kompas Female, Selasa (8/6/2010).
Menurut Lita, dorongan seks yang disikapi ekstrem oleh pelakunya tidak juga lantas dikatakan kelainan seks. Namun, memang ada kecenderungan memiliki perilaku seks menyimpang, dengan melakukan sesuatu yang tidak lazim, menikmatinya, dan dilakukan terus-menerus.
Bahayanya, sex drive negatif seperti ini membuat individu hanya bisa orgasme saat berganti pasangan. Jika hanya dengan satu pasangan, pelakunya tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual dan orgasme.
Lita menekankan, sex drive yang disalurkan negatif seperti ini bukan disebabkan genetik, tetapi lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan. Dengan demikian, sangat bisa disembuhkan asal ada kesadaran dari pelaku dan kemauan untuk mengubah perilakunya.
Video yang menampilkan bintang mirip Nazriel Irham, alias Ariel, dengan beberapa teman perempuannya (terlepas dari benar-tidaknya mereka adalah pelaku dari video tersebut) menunjukkan perilaku dengan kecenderungan dorongan seks tinggi. Bahkan, mengarah hypersex.
Psikolog klinis, Lita Gading, menjelaskan bahwa mengeksploitasi seks diri sendiri, apalagi menyalurkannya kepada banyak perempuan, bisa dikatakan hiperseks. Lima tahun belakangan, kata Lita, dia sering menerima konsultasi seksual dengan pasien mengalami kecenderungan hiperseks. Ada sejumlah faktor yang menjadi pemicunya.
"Dorongan seks yang terlalu tinggi bisa menjadi negatif jika dilakukan dengan berganti pasangan. Dan jika dilakukan terus-menerus, dengan pasangan yang berbeda, dan menjadi kecanduan, apalagi didokumentasikan, ini menjadi modus baru," papar Lita kepada Kompas Female, Selasa (8/6/2010).
Menurut Lita, dorongan seks yang disikapi ekstrem oleh pelakunya tidak juga lantas dikatakan kelainan seks. Namun, memang ada kecenderungan memiliki perilaku seks menyimpang, dengan melakukan sesuatu yang tidak lazim, menikmatinya, dan dilakukan terus-menerus.
Bahayanya, sex drive negatif seperti ini membuat individu hanya bisa orgasme saat berganti pasangan. Jika hanya dengan satu pasangan, pelakunya tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual dan orgasme.
Lita menekankan, sex drive yang disalurkan negatif seperti ini bukan disebabkan genetik, tetapi lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan. Dengan demikian, sangat bisa disembuhkan asal ada kesadaran dari pelaku dan kemauan untuk mengubah perilakunya.