RI Masih Dianggap Sebagai Pengirim Pembantu
Indonesia selama ini dipandang kurang proaktif dalam upaya memahami pasar Timur Tengah
Renne R.A Kawilarang
Di mata para pengusaha Uni Emirat Arab (UAE), Indonesia lebih dilihat sebagai negara pengirim pembantu rumah tangga terbesar (PRT) ketimbang mitra dagang yang benar-benar diperhitungkan. Di sisi lain, pebisnis di tanah air masih belum menganggap serius UAE sebagai tujuan pasar yang potensial.
"Kedua negara sebenarnya punya hubungan kultural yang erat, namun eratnya hubungan ini belum terlihat secara nyata di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi," kata M.Wahid Supriyadi, Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab, dalam bincang-bincang dengan sejumlah wartawan di Jakarta, Rabu 13 Oktober 2010.
Secara berkala, Wahid mengunjungi kota-kota di tanah air untuk memperkenalkan potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan antara pengusaha maupun pemerintah lokal dengan para pebisnis UEA. Dalam kunjungan kali ini, Wahid juga mengedarkan buku "Panduan Bisnis di UEA" edisi terbaru, yang disusun Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Abu Dhabi.
Namun, Wahid mengungkapkan selama ini potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh kedua pihak. Bagi kalangan pebisnis UEA, potensi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta ternyata kurang diperhitungkan. "Indonesia lebih dikenal sebagai salah satu negara pengirim PRT terbesar di Timur Tengah," kata Wahid.
Dia mengungkapkan, Indonesia selama ini dipandang para pengusaha Arab kurang proaktif dalam upaya memahami pasar Timur Tengah, khususnya UEA. Kebanyakan pelaku bisnis Indonesia belum melihat UEA sebagai pasar potensial dan lebih melihat pada pasar tradisional seperti Amerika, Jepang, dan Eropa.
"Penduduknya yang hanya sekitar lima juta jiwa tampaknya juga merupakan faktor kurang diliriknya pasar UEA," kata Wahid, yang juga menyampaikan masalah ini dalam buku panduan yang disusun KBRI Abu Dhabi. Padahal, UEA merupakan ekonomi kedua terbesar di kawasan Teluk setelah Arab Saudi dan pengimpor barang terbesar di Timur Tengah - dengan volume sekitar US$60 miliar.
"Banyak yang kurang menyadari bahwa sekitar 70 persen impor UEA diekspor lagi ke negara-negara lain di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Eropa," tutur Wahid.
Di bidang turisme, masyarakat UEA lebih mengenal Malaysia dan Thailand, yang selama ini gencar mempromosikan pariwisata melalui tayangan iklan di media lokal maupun internasional.
Menurut dia, kebanyakan warga UEA yang berkunjung ke Indonesia merupakan frequent visitors, yang sebelumnya telah sering berkunjung karena urusan bisnis, keluarga atau karena diperkenalkan oleh rekannya dari Indonesia.