Aneh mencegah kelebihan populasi Dokter di Uzbekistan Curi Rahim
Demi memenuhi tuntutan pemerintah dalam kampanye menekan angka kelahiran serendah mungkin, sejumlah dokter di Uzbekistan melakukan praktek yang melanggar hak-hak pasien. Aktivis hak asasi Uzbekistan melaporkan ada ratusan wanita yang telah mengalami pembedahan untuk disterilkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka.
Saodat Rakhimbayeva, misalnya, kini hanya bisa meratap dan mengutuk setelah ia mengetahui rahimnya telah diangkat dokternya ketika melahirkan secara caesar. Ibu 24 tahun itu baru tersadar, selain mengeluarkan bayi, dokter juga melakukan operasi histerektomi atas saluran reproduksinya, yang membuat dia tak bisa hamil selamanya.
"Dokter tak pernah meminta persetujuan saya, tahu-tahu operasi dilakukan. Saya dimutilasi seakan saya adalah binatang bisu," ujar Saodat sambil sesenggukan.
Menurut kelompok pembela hak asasi, "pencurian" rahim itu dilakukan untuk mencegah kelebihan populasi dan membatasi jumlah etnis tertentu. Negara di Asia Tengah berpenduduk 27 juta jiwa ini dikenal sebagai salah satu yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Kemiskinan dan pengangguran pun melonjak.
Untuk mengerem laju populasi, tahun ini Presiden Islam Karimov menggenjot kampanye sterilisasi. Departemen Kesehatan pun kemudian memerintahkan seluruh fasilitas medis untuk "memperkuat kontrol atas pemeriksaan kesehatan wanita usia subur". Surat keputusan itu juga mengatakan "kontrasepsi bedah harus disediakan secara gratis untuk perempuan yang sukarela melakukan prosedur".
Sejumlah kritikus menyatakan para dokter telah mendapat tekanan langsung dari pemerintah setelah keluar keputusan itu. "Perintah berasal dari puncak," kata Khaitboy Yakubov, kepala kelompok hak asasi manusia Najot di Uzbekistan.
Demi memenuhi tuntutan pemerintah dalam kampanye menekan angka kelahiran serendah mungkin, sejumlah dokter di Uzbekistan melakukan praktek yang melanggar hak-hak pasien. Aktivis hak asasi Uzbekistan melaporkan ada ratusan wanita yang telah mengalami pembedahan untuk disterilkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka.
Saodat Rakhimbayeva, misalnya, kini hanya bisa meratap dan mengutuk setelah ia mengetahui rahimnya telah diangkat dokternya ketika melahirkan secara caesar. Ibu 24 tahun itu baru tersadar, selain mengeluarkan bayi, dokter juga melakukan operasi histerektomi atas saluran reproduksinya, yang membuat dia tak bisa hamil selamanya.
"Dokter tak pernah meminta persetujuan saya, tahu-tahu operasi dilakukan. Saya dimutilasi seakan saya adalah binatang bisu," ujar Saodat sambil sesenggukan.
Menurut kelompok pembela hak asasi, "pencurian" rahim itu dilakukan untuk mencegah kelebihan populasi dan membatasi jumlah etnis tertentu. Negara di Asia Tengah berpenduduk 27 juta jiwa ini dikenal sebagai salah satu yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Kemiskinan dan pengangguran pun melonjak.
Untuk mengerem laju populasi, tahun ini Presiden Islam Karimov menggenjot kampanye sterilisasi. Departemen Kesehatan pun kemudian memerintahkan seluruh fasilitas medis untuk "memperkuat kontrol atas pemeriksaan kesehatan wanita usia subur". Surat keputusan itu juga mengatakan "kontrasepsi bedah harus disediakan secara gratis untuk perempuan yang sukarela melakukan prosedur".
Sejumlah kritikus menyatakan para dokter telah mendapat tekanan langsung dari pemerintah setelah keluar keputusan itu. "Perintah berasal dari puncak," kata Khaitboy Yakubov, kepala kelompok hak asasi manusia Najot di Uzbekistan.