Isu akan ada aksi xenofobia terus merebak di Afrika Selatan. Orang asing pun mulai mengungsi. Rombongan pengungsi sudah mulai memenuhi jalanan dan bandara.
Xenofobia adalah kebencian, kecemburuan, dan kecurigaan kepada orang asing dan menjadi masalah rumit di Afrika Selatan. Aksi xenofobia sudah sering terjadi sejak 2000 hingga menewaskan 64 orang. Aksi terbesar terjadi pada Maret 2008, menewaskan 62 orang.
Isu itu kembali merebak. Mereka menarget orang-orang Zimbabwe, Mozambik, Somalia, Botswana, dan orang asing lain yang dianggap mengambil rezeki pribumi. Di Jalan N1, para pendatang sudah mulai berkumpul untuk kembali ke negaranya masing-masing. Terutama orang Zimbabwe banyak yang melewati jalur N1 yang memang sampai ke negaranya. Mereka harus membayar bus sekitar 100 sampai 200 rand tanpa boleh membawa barang. Sementara mereka sudah telanjur membawa barang-barang di jalan-jalan.
Lewat beberapa media massa, pemerintah sudah menyatakan akan menjamin keamanan dan meminta masyarakat tak terpengaruh isu. Namun, masyarakat pendatang tetap khawatir. Mereka masih trauma terhadap kekerasan xenofobia pada 2008. Apalagi, penduduk asli sudah mulai mengancam para pendatang. Mereka menyatakan akan menyerang dan membakar rumah para pendatang pada 12 Juli, sehari setelah Piala Dunia selesai.
Di Cape Town International Airport juga mulai dipenuhi pendatang kaya yang ingin kembali ke negaranya. Menurut petugas tiket, memang beberapa hari ini banyak yang pesan tiket pesawat ke negara lain, terutama ke Zimbabwe, Namibia, Somalia dan negara Afrika lainnya. Dia yakin mereka bukan suporter sepak bola karena Piala Dunia belum berakhir. Selain itu tim-tim Afrika sudah lama tersingkir.
Seorang warga Cape Town mengatakan, xenofobia merupakan propaganda beberapa pihak. Mereka punya kepentingan ekonomi dan politik. "Ini tak baik buat perkembangan Afsel. Negara ini sudah stabil dan sebaiknya tak dirusak sendiri," katanya. Kompas