Facebook, bahkan kakaknya sendiri. Di jejaring sosial itu, selain
memiliki ratusan teman, dia punya hewan peliharaan alias pet society.
Menurut kakaknya, Rena, Farhan sampai menyempatkan diri ke warung
Internet dulu untuk membuka Facebook sebelum berangkat ke sekolah. Di
rumah, jika Rena sedang menggunakan komputer jinjing (laptop), adiknya
itu juga suka ikutan untuk sekadar chatting dengan teman sekolahnya.
Anak kelas IV Sekolah Dasar Sukatani, Cimanggis, Depok, ini bakal
ngambek seharian jika dilarang. Sekarang orang tua Farhan sudah
membatasi dia bermain Facebook, cukup 1 jam selama satu hari. Itu
dilakukan sebelum tidur jika sudah belajar.
Jejaring sosial Facebook memang sudah sedikit basi bagi beberapa
kalangan. Meski begitu, memelihara hewan di dunia maya atau chatting
dengan teman masih sangat mengasyikkan bagi anak-anak ketimbang
membaca buku, apalagi bermain layangan.
Sejumlah penelitian yang disampaikan Novian Triwidia Jaya, konsultan
parenting dan life coaching dari Dynamic Brain, menunjukkan adanya
dampak buruk Facebook terhadap anak, meski tidak spesifik langsung.
Novian mengatakan kemampuan spasial anak di bawah 10 tahun akan
menurun jika mereka di depan komputer lebih dari 2 jam. "Kemampuan
spasial itu adalah kemampuan si anak untuk berimajinasi atau
membayangkan sesuatu," ujar Novian saat ditemui di Tea Addict Lounge,
Jakarta Selatan, beberapa waktu yang lalu.
Di Facebook atau jejaring sosial lainnya, macam Friendster, kata dia,
semua sudah ada di situ, mulai bentuk emosi hingga gerakan-gerakan.
Sehingga si anak tidak lagi sering berimajinasi, yang mengakibatkan
kemampuannya tidak terasah. Mereka, menurut Novian, nantinya sulit
memecahkan masalah logika.
Lebih buruk lagi, Facebook akan membuat kecerdasan sosialisasi anak
menjadi rendah karena terbiasa berkomunikasi satu arah. Mereka cuma
terbiasa chatting atau mengirim e-mail. Padahal, menurut Novian,
antara keyboard dan verbal sangat berbeda. "Di masa dewasanya, mereka
jadi takut berbicara di depan umum, meski piawai dalam mengetik,"
tutur lulusan lembaga khusus analisis perilaku DISCovery Amerika ini.
Belum lagi Facebook memiliki aplikasi game yang bisa membuat si anak
jadi tambah adiksi. Untuk itu bahkan Novianto mengatakan si anak butuh
obat untuk meredakan adiksinya itu.
Biasanya, awal-awal mereka bermain selama 1 jam, besoknya menjadi 2
jam dan terus bertambah. "Tidak pernah ada limit untuk kepuasan game.
Karena game untuk sampai tamat itu bertingkat-tingkat," tuturnya.
Memang ada penelitian yang mengatakan anak menjadi pintar membuat
strategi jika main game. Tapi penelitian lain menyebutkan, si anak
akan terlatih untuk egoistis. Dia bebas mengulang permainan jika
jagoannya kalah. "Sehingga dia tidak terbiasa untuk kalah," ujar
penulis buku Super Mom ini.
Saran Novian, anak boleh mengakses Facebook, tapi ada limitasi dari
orang tua. Orang tua mengatur anak dengan teladan dan mengajak mereka
berkomitmen. Misalnya orang tua membatasi bermain Facebook cukup 2 jam
pada Sabtu dan Minggu saja.
Lakukan diskusi saat anak sedang merasa senang. Yang pasti, orang tua
harus melek teknologi. Jangan menganggap si anak hebat karena bisa
bermain komputer, tanpa tahu mereka membuka situs apa. Selain itu,
usahakan pendaftaran akun jejaring sosial memakai e-mail orang tua,
sehingga segala sesuatu yang masuk bisa dilihat.
Jika dalam perjalanan si anak masih bandel juga, orang tua memiliki
hak prerogatif untuk menyimpan modem atau alat lainnya. Orang tua juga
berhak mengatur uang saku si anak agar dia tidak kabur ke warnet.
Novian sendiri menganjurkan agar telepon seluler diberikan kepada anak
pada usia 16 tahun ke atas.
Dampak Buruk
1. Anak jadi antisosial. Anak yang seharusnya belajar sosialisasi
dengan lingkungan justru berkomunikasi di dunia maya. Kemampuan
verbalnya menjadi menurun.
2. Dari beberapa literatur, kecanduan jejaring sosial juga
berdampak pada kesehatan fisik. Sebab, terlalu banyak melotot di depan
monitor tanpa pernah berolahraga bisa berisiko bagi kesehatan. Si anak
akan mudah menderita obesitas atau kegemukan, kemudian mudah terkena
penyakit pencernaan karena lupa makan dan gangguan pada mata.
3. Memotong waktu belajar. Membaca buku dirasakan anak tidak
semenarik bermain Facebook, meski belum ada penelitian bahwa jejaring
sosial ini menyebabkan nilai rapor si anak jadi buruk.
4. Tidak ada komunikasi dalam keluarga. Si anak lebih mementingkan
temannya di dunia maya. Keluarga dinomorduakan.
5. Anak kecanduan pornografi. Di Facebook, si anak tak kesulitan
menemukan grup dengan content seks dan hal yang berbau porno.