TAMPIL di hadapan 80 ribu penonton yang memadati Stadion San Siro, pemain-pemain AC Milan langsung menggebrak. Seperti tari kecak, pasukan Leonardo memulai aksinya dengan full power, mengeluarkan seluruh tanaga untuk membuat seisi stadion bergemuruh.
Pemain Manchester United pun menjadi gugup dengan gemuruh serangan Milan. Di tengah kegugupan itu, Rio Ferdinand dkk seolah kehilangan sentuhan. Sebaliknya Milan mampu menguasai keadaan.
"Awal laga kami sungguh mengecewakan, kami seperti serombongan pemain yang tak bisa berbuat apa-apa," kata striker MU, Wayne Rooney.
Alhasil, Milan langsung unggul cepat lewat tendangan first time sang bintang, Ronaldinho, saat pertandingan baru berjalan tiga menit.
Tendangan Dinho memanfaatkan blunder Patrick Evra mengecoh kiper Edwin van der Saar setelah membentur kaki Johny Evans.
Gol tersebut membuat pemain Milan makin bergairah. Pasukan Milan terus menggempur pertahanan MU hampir sepanjang 20 menit babak pertama. Mereka mengurung pasukan Setan Merah, seperti para penari kecak mengurung Rahwana.
Pelan-pelan tim asuhan Sir Alex Ferguson mulai menata mental, kepercayaan diri, dan permainan. "Milan memimpin dan kami butuh sekitar 20 menit untuk menenangkan diri. Setelah itu kami baru menemukan bentuk permainan," ujar Manajer MU, Sir Alex Ferguson.
Seperti tarian Oleg Tambulilingan, Wayne Rooney dkk mulai menampilkan permainan dengan gerakan gemulai tetapi mematikan. Pemain Milan yang mulai kehabisan tenaga karena didominasi pemain tua, akhirnya berbalik mendapat tekanan.
Permainan gemulai MU pun menghisap darah Milan. Dimulai dengan gol Paul Scholes di menit ke-66, berikutnya Wayne Rooney menjadi lakon utama dengan memborong dua gol melalui sundulan kepala di menit ke-66 dan 74.
Panggung San Siro pun sepenuh menjadi milik pasukan Setan Merah. Mereka sekaligus memberi pelajaran kepada Milan bahwa pertandingan tidak bisa diselesaikan dalam 20 menit pertama.
Dengan sisa-sisa tenaga, Milan hanya mampu memperkecil kedudukan lewat gol akrobatik Clarence Seedorf. Milan pun menderita kekalahan 2-3.
Kemenangan ini menciptakan romantisme bagi MU di tengah romansa Valentine. Inilah kemenangan pertama MU di San Siro. Hasil ini membuat peluang MU lolos ke babak perempatfinal lebih terbuka ketimbang Milan. Pada leg kedua di Stadion Old Trafford, 10 Maret nanti, MU hanya butuh hasil imbang atau kalah dengan skor 0-1 atau 1-2. Sebaliknya Milan harus menang dengan minimal selisih dua gol.
Ekploitasi Sisi Kiri
Selain faktor kesabaran dan keunggulan stamina pemain, kunci kemenangan MU tak lepas dari strategi Ferguson.
Sebelum pertandingan, Fergie sempat menyaksikan langsung laga Milan melawan Udinese di Serie A Italia. Dari situ ia bisa mempelajari kelemahan dan kelebihan I Rossoneri.
Ferguson pun merancang strategi baru. Dalam formasi normalnya, Fergie memakai 4-3-2-1 seperti lazim yang dilakukan saat laga tandang. Ia memasang satu striker dengan didukung dua winger.
Dalam laga kemarin, Fergie memasang Park Ji Sung dan Nani yang kemudian diganti Antonio Valencia sebagai winger, sementara Rooney menjadi target man. Tiga gelandang di tengah ditempati Michael Carrick, Paul Scholes, dan Darren Fletcher.
Yang berbeda adalah pergerakan pemain. Park Ji-Sung yang dipasang sebagai winger kiri, lebih banyak bermain di tengah atau di belakang Rooney. Posisi Park selalu dekat dengan Rooney dan Nani atau Valencia yang menjadi winger kanan.
Fergie berusaha mengeksploitasi sisi kiri pertahanan Milan yang disisi bergantian oleh Luca Antonini dan Giuseppe Favalli. Sepertinya ia tahu betul di sektor inilah titik lemah Milan.(Komang Agus Ruspawan)