Sebelumnya, putra keenam pasangan warga dusun Kaliputih, desa/kecamatan Rambipuji itu berada dalam kandungan ibunya selama 11 bulan. "Kalau berat badannya sih normal, 3,6 kilogram," kata salah seorang kerabat Nawati kepada jurnalbesuki.com, Senin (22/2/2010).
Mengetahui anaknya terlahir kurang sempurna, baik Suparto maupun Nawati tampak syok. Suparto lebih banyak mengurung diri di dalam kamar. Sedangkan Nawati lebih memilih berdiam di dapur. Air mata perempuan itu tak henti-hentinya menetes karena prihatin dengan kondisi bayi yang dilahirkannya.
Sang bayi sendiri dirawat oleh kerabat Nawati secara bergantian. Untuk menutupi kondisinya, kepala bayi ditutup dengan selimut tebal. "Kasihan dia, sering menangis," kata Hajjah Tun, kakak Nawati, sambil menimang bayi yang belum diberi nama itu.
Sebenarnya pihak keluarga menginginkan bayi tersebut dibawa ke rumah sakit agar mendapat perawatan yang memadai. Bahkan mereka berharap dapat dilakukan tindakan medis agar kondisi bayi bisa 'disempurnakan'. Sayang, mereka terbentur masalah biaya. "Kita ini orang miskin," kata Hajjah Tun lagi.
Sementara itu, sejak kabar adanya bayi lahir tanpa tempurung menyebar, banyak warga berbondong-bondong ingin melihat. Dari sekian orang yang datang itu, ada beberapa yang memberikan bantuan sejumlah uang sekedar untuk membantu perawatan bayi malang tersebut. (mm/jb2)
