jejaring sosial yang beresiko, demikian diungkap oleh vendor keamanan,
Sophos.
Sementara itu, pendapat serupa juga disampaikan Kaspersky Labs dengan
menuding Twitter—situs microblogging yang tengah naik daun—menjadi
situs jejaring nomor dua yang berisiko setelah Facebook.
Sophos melakukan survai terhadap 502 profesional IT. Hasilnya, para
pelaku bisnis itu memang melihat banyak malware dan spam yang
berkeliaran di ranah maya.
Sebuah laporan Sophos yang berjudul "Security Threat Report: 2010",
menyebutkan bahwa sebanyak 33 persen profesional TI memilih memblokir
Facebook dengan alasan untuk produktivitas kerja, sementara 21 persen
responden dari survai melaporkan bahwa mereka atau teman jaringan yang
telah menerima malware via situs jejaring sosial akan kehilangan
kontrol akses situs tersebut. Sebanyak 72 persen perusahaan juga
menyakini bahwa pegawainya yang kerap ber-Facebook ria memiliki
kecenderungan dapat membahayakan bisnis perusahaan.
Hal menghebohkan lainnya datang dari Twitter. Dmitry Bestuzhez (Senior
Regional Researcger Kaspersky Labs), membeberkan bahwa Twitter telah
ditawar seharga US$1000 oleh sebuah forum hacker. "Tweet dapat
mengandung URL. Nah, kebanyakan dari pengguna memercayai untuk
mengklik link di tweet tersebut. Hal ini tentu menjadi jebakan bagi
banyak orang untuk bertindak kriminal. Makin banyak follower, makin
banyak resiko tertular malware," jelas Bestuzhez. Di sinilah
bahayanya. Fasilitas sendible dapat disalahgunakan dalam penyebaran
malware. Pasalnya Twitter diasumsikan dapat digunakan untuk
menginfeksi malware ke akun lainnya.