Ancaman banjir besar di Jakarta ditaksir bisa menelan kerugian hingga Rp37 triliun. Dampak itu paling besar bakal dialami warga dan sektor industri. "Kerugiannya bisa 5 kali dana (talangan) Bank Century," kata Armi Susandi, Wakil Ketua Kelompok Kerja Adaptasi Perubahan Iklim di Dewan Nasional Perubahan Iklim di Bandung.
Menurut Armi, kelompoknya telah mengusulkan pembuatan titik-titik biopori ke Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Sumur resapan itu untuk mengurangi sekaligus menyimpan debit air banjir yang datang dari Bogor. "Tapi Pak Fauzi sepertinya lebih memilih pembuatan tembok penahan rob," kata pakar perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung itu.
Sumur resapan seluas 5 lapangan sepakbola itu, menurut dia, dapat dibagi ke beberapa titik. Ukuran dan kedalamannya berdasarkan kajian debit air yang menggelontor dari selatan ke utara. Depok dan Pasar Minggu, contohnya, cocok sebagai tempat penampungan air banjir.
"Jadi sebenarnya tidak memakan banyak lahan," ujarnya. Di musim kemarau, air banjir yang tersimpan itu bisa dimanfaatkan dan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Pengolahan air banjir dinilainya lebih baik daripada air kotor.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu menurutnya, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Dari hasil pemodelannya, curah hujan di Bogor bakal terus meningkat seiring pembangunan Jakarta. Pemanasan global dan wilayah metropolitan bakal memperbanyak uap air yang mengalir dari Laut Jawa ke Bogor.
Sumber - Tempointeraktif