pendiri keraton Cirebon, diberikan hadiah dari kakeknya yang penguasa
Pajajaran (Prabu Siliwangi). Hadiah itu berupa sepasukan khusus
Pajajaran yang terdiri atas 12 orang yang dapat beralih rupa sebagai
macan. Sebagaimana pasukan pengamanan, metoda penggunaan Ring 1, 2 dst
juga berlaku.
Masing-masing ring terdiri atas 4 orang yang meliputi arah mata angin
dengan titik pusatnya Kraton Pakungwati. Semakin dekat dengan pusat,
semakin tinggi ilmunya. Istilah yang digunakan adalah KW (tidak tau
apa maksudnya). Ada KW 1, KW 2 dst. Kabarnya satu KW pernah diberikan
sultan Cirebon kepada Sultan Brunei, Hasanal Bolkiah karena memang
masih ada hubungan trah.
Tidak bisa diperkirakan berapa jumlah tepatnya pasukan macan ini yang
tersisa, bisa 3, 5 atau 7 orang. Yang pasti di bawah dari 10 orang.
Berkurangnya pasukan ini dikarenakan beberapa hal, pertama adalah
tidak mempunyai keturunan karena pasukan ini bersifat turun temurun.
Kedua yang bersangkutan meninggal dengan membawa pakaian simbol
pasukan macan yang disebut "Kantong Macan". Pernah satu kejadian
seekor macan di kepung dan diburu masyarakat kampung yang tidak
mengerti, macan yang diburu kabur menghindar, hingga terperosok di
sebuah sumur tua. sewaktu dilihat ke sumur ternyata bukan seekor
macan, melainkan seorang manusia yang terkapar. Pada saat hendak
diangkat orang tersebut sirna.
Pakaian yang bernama Kantong Macan ini sebesar ibu jari kaki, cara
memakainya dengan memasukan kedua ibu jari tangan. Anehnya kantong
macan tadi terus mengembang seperti elastis hingga masuk kedalam tubuh
seperti pakaian. Ritual pemakaian harus hening dan sedikit penerangan.
Tapi sayang tidak bisa didokumentasikan. Kekuatan spiritual dari
pakaian ini tergantung si empunya, bisa 50:50 (antara manusia:siluman)
atau 20:80 dan sebaliknya. Semakin tinggi tingkatannya semakin tinggi
kodrati manusianya.