Imlek atau Tahun Baru China selalu menyisakan aneka keunikannya. Ada satu hal menarik yang mungkin selalu menjadi pemberitaan kala perayaan Imlek digelar di Klenteng Vihara Dharma Bhakti, Glodok, Jakarta Barat. Kehadiran ribuan pengemis selalu menjadi perhatian warga yang merayakan Imlek hingga para pewarta yang meliput perayaan Imlek ini.
Klenteng Vihara Dharma Bhakti mungkin sudah sangat akrab bagi sebagian besar pengemis di Jakarta. Klenteng ini terkenal karena kerap dikunjungi ribuan pengemis yang mencari peruntungan dengan berharap kebaikan hati para pengunjung Klenteng.
Seolah menjadi bagian dari tradisi Imlek, mereka selalu datang berombongan dan dalam jumlah besar ke kawasan ini menjelang Imlek. Angpao atau uang pemberian pada saat Imlek selalu menjadi daya tarik utama yang menjadi incaran para pengemis.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada perayaan Imlek Minggu (14/2/2010) ini ribuan pengemis rela bertahan tinggal di sekitar Kelenteng sejak jauh-jauh hari sebelum Imlek dimulai. Tujuannya hanya satu mengumpulkan lembaran-lembaran rupiah yang dibagikan oleh warga Tionghoa ataupun pengelola klenteng.
Tini (41) misalnya, ia sudah berada di klenteng ini sejak kemarin malam. Ia berharap kembali mendapatkan agpao lebih pada Imlek kali ini. Tahun lalu ia mengaku juga datang kemari untuk mengemis. "Iya udah dari kemarin di sini. Mau minta sedekah aja," katanya singkat.
Tini hanya sebagian kecil dari ribuan pengemis yang datang silih berganti ke sini. Ia menjadi gambaran kemiskinan warga yang kerap menggantungkan nasib dengan memintah sedekah pada suatu perayaan-perayaan tertentu seperti Imlek.
Persoalan pengemis ini pun sebenarnya bukanlah masalah baru. Namun entah mengapa, masalah pengemis ini tidak pernah mendapat tanggapan yang serius. Seolah bukan suatu persoalan penting, kehadiran pengemis ini alih-alih mungkin sudah menjadi pemandangan biasa kala perayaan Imlek.
Padahal, jika dikatakan terganggu, pun sebenarnya banyak warga lain yang terganggu dengan kehadiran pengemis seperti ini. Ricky (29) misalnya. Ia awalnya merasa tidak nyaman dengan kerumunan pengemis saat ia datang ke klenteng pada perayaan Imlek. "Ya enggak enak aja. Jadi penuh dan ribet. Padahal kita kan mau sembahyang," ungkapnya.
Namun toh, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia berusaha tidak peduli dan mefokuskan diri untuk memanjatkan doa. "Mungkin mereka memang orang enggak punya. Tapi harusnya jangan begini kondisinya, karena kan bikin yang lain jadi susah juga," kata dia.
Salah satu petugas keamanan di klenteng ini pun mengatakan hal serupa. Kehadiran para pengemis memang sudah menjadi rutinitas tahunan di tempat ini. Meski demikian, ia mengatakan, pihak pengelola juga tidak memiliki kemampuan untuk menolak kehadiran ribuan pengemis itu. "Ya mau bagaimana lagi, mereka kan emang selalu datang," ujarnya.
Persoalan pengemis ini nampaknya memang masih akan terus terjadi dalam tahun-tahun kedepan, mengingat belum ada langkah konkret untuk mengatasi persoalan pengemis ini. Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta sebagai pihak yang berwenang mengatasi persoalan perkotaan semacam ini pun belum terlihat kinerjanya membenahi masalah pengemis pada saat Imlek.