Sudah satu bulan bocah yang baru beranjak remaja ini hanya bisa tergolek lemah di tempat tidurnya. Di usianya yang masih belia, Anggoro Ari Romadhona, 13, harus menghadapi penderitaan luar biasa akibat penyakit kanker nasofaring yang diidapnya.
Untuk sekadar makan saja, bungsu dua bersaudara dari pasangan Sunarman dan Sunarmi, warga Dukuh Tegalgede RT 04/RW III, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar Kota, ini bahkan sudah tidak sanggup lagi. Hanya suara rintihan dan erangan lirih menahan sakit yang sesekali terdengar dari mulutnya.
Berbagai usaha dilakukan orangtua dan kerabat untuk mengupayakan kesembuhan Anggoro. Menurut penuturan Sunarman, anaknya itu setidaknya telah menjalani operasi hingga empat kali selama satu tahun terakhir. Meski demikian kesembuhan yang diharapkan tak kunjung datang. Sel-sel kanker yang menyerang tubuh putranya tersebut seolah justru semakin mengganas tak terkendali.
"Sekarang kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Semua upaya sudah ditempuh dan dilakukan guna kesembuhan Anggoro, tetapi perkembangannya justru seperti ini. Anak kami bahkan tidak bisa makan dan harus bertahan hidup hanya dengan minum beberapa tetes air sebulan ini," ungkap Sunarman memelas saat ditemui wartawan di sela-sela menunggui anaknya di rumahnya, Senin (5/4) siang.
Pria yang sehari bekerja sebagai PNS di Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar itu pun sekarang hanya bisa pasrah. Selain karena kehabisan biaya, dirinya sekeluarga juga tak tahu harus membawa anak-anak laki-lakinya berobat ke mana.
Salah satu kerabat yang ketika itu mendampingi Sunarman, Ninik Sulastri, mengatakan gejala kanker nasofaring yang diderita Anggoro mulai dirasakan sejak tahun 2008. "Setelah operasi keempat tahun 2009 lalu, dia (Anggoro-red) menjalani kemoterapi. Setidaknya metode perawatan itu dijalani sebanyak tujuh kali, namun dihentikan karena tidak tahan lagi. Berikutnya kondisi Anggoro sempat membaik sebelum kemudian ambruk seperti sekarang," sambungnya menjelaskan. Keadaan siswa kelas I SMP Negeri 5 Karanganyar itu semakin memprihatinkan setelah muncul benjolan di tenggorokannya.
"Saya sering tidak tega dengan perkembangan kesehatannya sekarang. Tetapi mau bagaimana lagi. Yang bisa kami lakukan adalah berusaha seraya menyemangatinya untuk sembuh dan menganggap semua sebagai cobaan. Selebihnya keluarga hanya pasrah atas keadaan ini dan menunggu keajaiban dari Yang Maha Kuasa dan uluran tangan dari mereka yang peduli," pungkas Ninik dengan tersedu. (Triyono)
Untuk sekadar makan saja, bungsu dua bersaudara dari pasangan Sunarman dan Sunarmi, warga Dukuh Tegalgede RT 04/RW III, Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar Kota, ini bahkan sudah tidak sanggup lagi. Hanya suara rintihan dan erangan lirih menahan sakit yang sesekali terdengar dari mulutnya.
Berbagai usaha dilakukan orangtua dan kerabat untuk mengupayakan kesembuhan Anggoro. Menurut penuturan Sunarman, anaknya itu setidaknya telah menjalani operasi hingga empat kali selama satu tahun terakhir. Meski demikian kesembuhan yang diharapkan tak kunjung datang. Sel-sel kanker yang menyerang tubuh putranya tersebut seolah justru semakin mengganas tak terkendali.
"Sekarang kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Semua upaya sudah ditempuh dan dilakukan guna kesembuhan Anggoro, tetapi perkembangannya justru seperti ini. Anak kami bahkan tidak bisa makan dan harus bertahan hidup hanya dengan minum beberapa tetes air sebulan ini," ungkap Sunarman memelas saat ditemui wartawan di sela-sela menunggui anaknya di rumahnya, Senin (5/4) siang.
Pria yang sehari bekerja sebagai PNS di Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar itu pun sekarang hanya bisa pasrah. Selain karena kehabisan biaya, dirinya sekeluarga juga tak tahu harus membawa anak-anak laki-lakinya berobat ke mana.
Salah satu kerabat yang ketika itu mendampingi Sunarman, Ninik Sulastri, mengatakan gejala kanker nasofaring yang diderita Anggoro mulai dirasakan sejak tahun 2008. "Setelah operasi keempat tahun 2009 lalu, dia (Anggoro-red) menjalani kemoterapi. Setidaknya metode perawatan itu dijalani sebanyak tujuh kali, namun dihentikan karena tidak tahan lagi. Berikutnya kondisi Anggoro sempat membaik sebelum kemudian ambruk seperti sekarang," sambungnya menjelaskan. Keadaan siswa kelas I SMP Negeri 5 Karanganyar itu semakin memprihatinkan setelah muncul benjolan di tenggorokannya.
"Saya sering tidak tega dengan perkembangan kesehatannya sekarang. Tetapi mau bagaimana lagi. Yang bisa kami lakukan adalah berusaha seraya menyemangatinya untuk sembuh dan menganggap semua sebagai cobaan. Selebihnya keluarga hanya pasrah atas keadaan ini dan menunggu keajaiban dari Yang Maha Kuasa dan uluran tangan dari mereka yang peduli," pungkas Ninik dengan tersedu. (Triyono)