Dua tim gabungan khusus dari Satuan Intelijen, Densus dan Brimob, telah diterjunkan Poldasu. Meski belum berhasil mengembalikan 6 cewek yang dilaporkan hilang, polisi mendapat temuan mengejutkan. Salah satu daerah di Sumut diklaim basis aliran sesat.
Hal itu telah dikordinasikan secara nonformil pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut. Disebutkan lembaga ini pada penyidik Poldasu, di Sumut memang sedang ada tersebar satu aliran yang dituding sengaja menyesatkan umat.
"Tapi sampai saat ini, belum diketahui apa-apa saja aliran sesat tersebut. Kita juga mendapatkan informasi, ada satu daerah di Sumut yang memang basisnya aliran sesat," ujar Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Baharudin Djafar Msi mengawali bincang dengan POSMETRO MEDAN,
Di Sumut di mananya? Baharudin mengaku masih mengecek kebenarannya. "Memang sudah ada kita kantongi nama daerahnya. Itu sesuai keterangan pelapor. Pokoknya salah satu daerah yang pernah disebutkan pelapor. Di antaranya Medan, Tanjung Balai, Batubara. Jadi saat ini kita masih mencari fakta normatifnya dululah," ujarnya.
Disinggung soal kemungkinan kelompok itu adalah jaringan perekrutan teroris, Baharudin mengaku belum bisa memastikan. "Kita belum tau pasti. Jelasnya dalam waktu dekat pasti akan terungkap," pungkasnya.
Baharudin yakin kasus itu segera terungkap. "Tim sudah kita turunkan untuk mencari tahu keberadaan para korban, termasuk melacak apakah benar ada keterlibatan aliran sesat dalam kasus ini," ungkapnya.
Masih diakui juru bicara Kapoldasu Irjen Oegroseno itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Laporan yang kita terima dari salah satu ayah korban, anaknya memang ikut di kumpulan yang bernama Al Haq di Langsa, Aceh. Makanya kita berkoordinasi dengan Polda NAD. Apalagi Polda NAD juga pernah menangani kasus yang sama," imbuh polisi berpangkat 3 melati emas itu.
Sementara itu, hasil penelusuran POSMETRO MEDAN dan media grup di Aceh, sejumlah gadis asal Sumatera Utara yang diduga menghilang dan pernah ditemukan oleh keluarganya pada November 2009 lalu, tak pernah muncul lagi di Kampung Mutia, Kota Langsa. Berdasarkan keterangan warga dan sumber kepolisian setempat, rumah yang dijadikan kos kelompok yang disebut-sebut berjuluk Al-Haq itu, tidak pernah didatangi lagi.
Kata warga, sejak kepergian November 2009 lalu, mereka tidak pernah lagi melihat muncul kelompok itu, baik di Kota Langsa maupun di TKP. Sebab sebut sumber, mereka yang curiga dengan aktifitas para gadis di malam hari itu, langsung menegur dan mengusir kelompok cewek berkerudung yang semuanya bertitel sarjana itu. Saat eksekusi kelompok gadis tersebut, warga juga ikut melibatkan aparat desa dan aparat keamanan. Selanjutnya kelompok ini diberi pembinaan dan dipulangkan ke Medan.
Hal itu telah dikordinasikan secara nonformil pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut. Disebutkan lembaga ini pada penyidik Poldasu, di Sumut memang sedang ada tersebar satu aliran yang dituding sengaja menyesatkan umat.
"Tapi sampai saat ini, belum diketahui apa-apa saja aliran sesat tersebut. Kita juga mendapatkan informasi, ada satu daerah di Sumut yang memang basisnya aliran sesat," ujar Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Baharudin Djafar Msi mengawali bincang dengan POSMETRO MEDAN,
Di Sumut di mananya? Baharudin mengaku masih mengecek kebenarannya. "Memang sudah ada kita kantongi nama daerahnya. Itu sesuai keterangan pelapor. Pokoknya salah satu daerah yang pernah disebutkan pelapor. Di antaranya Medan, Tanjung Balai, Batubara. Jadi saat ini kita masih mencari fakta normatifnya dululah," ujarnya.
Disinggung soal kemungkinan kelompok itu adalah jaringan perekrutan teroris, Baharudin mengaku belum bisa memastikan. "Kita belum tau pasti. Jelasnya dalam waktu dekat pasti akan terungkap," pungkasnya.
Baharudin yakin kasus itu segera terungkap. "Tim sudah kita turunkan untuk mencari tahu keberadaan para korban, termasuk melacak apakah benar ada keterlibatan aliran sesat dalam kasus ini," ungkapnya.
Masih diakui juru bicara Kapoldasu Irjen Oegroseno itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Laporan yang kita terima dari salah satu ayah korban, anaknya memang ikut di kumpulan yang bernama Al Haq di Langsa, Aceh. Makanya kita berkoordinasi dengan Polda NAD. Apalagi Polda NAD juga pernah menangani kasus yang sama," imbuh polisi berpangkat 3 melati emas itu.
Sementara itu, hasil penelusuran POSMETRO MEDAN dan media grup di Aceh, sejumlah gadis asal Sumatera Utara yang diduga menghilang dan pernah ditemukan oleh keluarganya pada November 2009 lalu, tak pernah muncul lagi di Kampung Mutia, Kota Langsa. Berdasarkan keterangan warga dan sumber kepolisian setempat, rumah yang dijadikan kos kelompok yang disebut-sebut berjuluk Al-Haq itu, tidak pernah didatangi lagi.
Kata warga, sejak kepergian November 2009 lalu, mereka tidak pernah lagi melihat muncul kelompok itu, baik di Kota Langsa maupun di TKP. Sebab sebut sumber, mereka yang curiga dengan aktifitas para gadis di malam hari itu, langsung menegur dan mengusir kelompok cewek berkerudung yang semuanya bertitel sarjana itu. Saat eksekusi kelompok gadis tersebut, warga juga ikut melibatkan aparat desa dan aparat keamanan. Selanjutnya kelompok ini diberi pembinaan dan dipulangkan ke Medan.